Tips Agar Tidak Meremehkan Nikmat Alloh SWT

www.bmtpas.com Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dikenal karena dedikasinya dalam meriwayatkan hadits. Nama aslinya adalah ‘Abd al-Rahman bin Sakhr al-Dawsi. Beliau berasal dari suku Daus di Yaman dan masuk Islam pada tahun ketujuh Hijriah setelah bertemu Nabi di Khaibar. Abu Hurairah menghabiskan sekitar empat tahun bersama Rasulullah SAW, memanfaatkan setiap momen untuk belajar dan mencatat perkataan serta perbuatan beliau. Dengan tekad kuat dan hafalan yang luar biasa, beliau berhasil meriwayatkan lebih dari 5.300 hadits, menjadikannya sahabat dengan riwayat terbanyak. Kesungguhan Abu Hurairah dalam menuntut ilmu menjadikannya sosok yang dihormati hingga kini.

Nikmat Allah SWT

Nikmat Allah SWT mencakup segala bentuk karunia yang diberikan-Nya kepada manusia, baik berupa harta, kesehatan, ilmu, keluarga, maupun iman. Nikmat ini sering kali tidak disadari sepenuhnya, terutama saat manusia fokus pada apa yang tidak dimilikinya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW menasihati agar memandang orang yang berada di bawah kita dalam urusan dunia, bukan yang berada di atas. Tujuannya adalah untuk menjaga rasa syukur dan tidak meremehkan nikmat Allah SWT yang telah diberikan.

Hikmah Memandang yang di Bawah dalam Urusan Dunia
  1. Menumbuhkan Rasa Syukur: Dengan melihat orang yang kurang beruntung, kita lebih menyadari betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan dan merasa cukup dengan apa yang ada.
  2. Menghindari Sifat Tamak: Fokus pada apa yang kita miliki membantu mencegah munculnya rasa iri dan ambisi berlebihan yang dapat merusak hati.
  3. Meningkatkan Empati dan Kepedulian: Memahami kesulitan orang lain mendorong kita untuk berbagi dan membantu mereka, sehingga memperkuat ikatan sosial dan ukhuwah Islamiyah.
Iri yang Diperbolehkan dalam Islam

Dalam Islam, iri hanya diizinkan dalam dua hal, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW: “Tidak ada iri kecuali dalam dua hal: seseorang yang Allah beri harta lalu ia habiskan di jalan kebenaran, dan seseorang yang Allah beri hikmah (ilmu) lalu ia amalkan dan ajarkan” (HR Bukhari dan Muslim). Iri dalam konteks ini berarti keinginan untuk mencapai kebaikan serupa tanpa menginginkan nikmat tersebut hilang dari orang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, baik dalam amal harta maupun ilmu, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan demikian, seorang muslim dapat memanfaatkan rasa iri ini sebagai motivasi untuk terus berbuat baik dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *