
www.bmtpas.com Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal akhlak. Salah satu sikap yang sangat beliau tekankan adalah bersikap lemah lembut, tenang, dan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi berbagai urusan. Hal ini tercermin dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim No. 17.
Teks Hadits
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِأَشْجِ عَبْدِ الْقَيْسِ:
«إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ: الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ»
Terjemah
Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepada Al-Asyaj Abdul Qais:
“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah, yaitu sifat lemah lembut (al-hilm) dan sifat tenang (al-anah).” (HR. Muslim, No. 17)
Sahabat Perawi Hadits: Abdullah bin Abbas RA
Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas RA, sepupu Rasulullah ﷺ. Beliau lahir tiga tahun sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah dikenal dengan kecerdasan luar biasa. Ibnu Abbas mendapat julukan Hibrul Ummah (tintanya umat) dan Tarjumanul Qur’an (penafsir Al-Qur’an) karena keluasan ilmunya dalam menafsirkan ayat-ayat Allah.
Di masa Rasulullah ﷺ, beliau masih muda, namun sering mendampingi Nabi sehingga memperoleh banyak ilmu. Doa Rasulullah ﷺ untuknya sangat terkenal: “Allahumma faqqihhu fiddin wa ‘allimhu at-ta’wil” (Ya Allah, pahamkanlah ia dalam agama dan ajarilah ia tafsir).
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, Ibnu Abbas banyak berperan di masa Khulafaur Rasyidin. Di zaman Umar bin Khattab RA, meskipun usianya masih muda, beliau sering diajak bermusyawarah bersama para sahabat senior. Di masa Utsman dan Ali RA, beliau tetap aktif menyebarkan ilmu, hingga dikenal sebagai salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Ibnu Abbas wafat pada tahun 68 H di Thaif, meninggalkan warisan ilmu yang sangat berharga bagi umat.
Faedah Hadits
Dari hadits ini, terdapat banyak pelajaran penting yang bisa diambil, di antaranya:
-
Allah mencintai akhlak mulia. Lemah lembut dan tenang bukan sekadar sikap, melainkan sifat yang mendatangkan cinta Allah.
-
Sifat tenang menjauhkan dari tergesa-gesa. Orang yang tidak terburu-buru akan lebih bijak dalam mengambil keputusan.
-
Lemah lembut menjadi kunci keberhasilan dalam berdakwah. Dakwah yang keras sering ditolak, sementara kelembutan membuka hati manusia.
-
Ketenangan melahirkan kesabaran. Orang yang tenang akan mampu menahan amarah dan tidak mudah terprovokasi.
-
Akhlak yang baik adalah anugerah Allah. Seperti halnya Rasulullah ﷺ memuji Al-Asyaj, itu menunjukkan akhlak baik adalah karunia, bukan hanya hasil usaha.
-
Pujian dari Rasulullah ﷺ menunjukkan kemuliaan sahabat. Al-Asyaj dipuji langsung karena akhlaknya, menunjukkan pentingnya menjaga sifat tersebut.
-
Lemah lembut mempererat hubungan sosial. Dengan sifat ini, seseorang lebih mudah dicintai oleh keluarga, sahabat, maupun masyarakat.
-
Ketenangan adalah kunci kesuksesan dunia dan akhirat. Orang yang tidak terburu-buru lebih mudah menimbang maslahat dan mafsadat, sehingga hidupnya lebih terarah.
Penutup
Hadits ini menjadi pengingat bahwa akhlak mulia seperti lemah lembut dan tenang bukan sekadar etika sosial, melainkan bagian dari iman dan tanda dicintai Allah. Biografi Ibnu Abbas RA menegaskan bahwa ilmu yang mendalam berpadu dengan akhlak yang baik akan melahirkan pribadi agung. Karenanya, setiap muslim seharusnya meneladani sifat ini dalam kehidupan sehari-hari—baik dalam berbicara, bersikap, maupun mengambil keputusan.
Dengan menjadikan kelembutan dan ketenangan sebagai dasar dalam berinteraksi, kita tidak hanya meneladani Rasulullah ﷺ, tetapi juga meraih cinta Allah, yang merupakan puncak dari segala tujuan hidup seorang hamba.