Dari Lelah Menjadi Lillah

www.bmtpas.com Kata lelah adalah keadaan ketika tubuh, pikiran, atau perasaan mengalami penurunan energi akibat aktivitas yang terus menerus. Lelah bisa bersifat fisik, misalnya karena bekerja terlalu lama, kurang tidur, atau aktivitas berat. Bisa juga bersifat mental, ketika seseorang menghadapi tekanan, masalah, atau tanggung jawab yang besar. Dalam keseharian, rasa lelah adalah sesuatu yang manusiawi, tanda bahwa tubuh dan jiwa butuh istirahat, serta refleksi bahwa manusia memiliki keterbatasan.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang lelah dalam bekerja cukup beragam. Pertama, faktor fisik seperti jam kerja panjang, kurangnya pola makan sehat, dan minimnya istirahat. Kedua, faktor psikologis seperti tekanan target, konflik di tempat kerja, atau rasa jenuh. Ketiga, faktor spiritual, yakni ketika pekerjaan dilakukan tanpa arah yang jelas atau tanpa keterhubungan dengan Allah SWT. Semua ini menumpuk dan menghadirkan rasa lelah yang bisa berujung stres, bahkan menurunkan produktivitas.

Namun, Islam mengajarkan bahwa lelah bukanlah sesuatu yang sia-sia. Ketika seorang pekerja merasa lelah, yang sebaiknya dilakukan bukan hanya berhenti bekerja, tetapi juga mengubah sudut pandang. Istirahat tetap diperlukan, namun yang lebih penting adalah menata niat. Rasa lelah itu bisa dijembatani menjadi ibadah bila diarahkan kepada Allah SWT. Inilah yang kemudian melahirkan konsep dari lelah menjadi lillah.

Secara bahasa, lillah berarti “karena Allah”. Dalam konteks bekerja, lillah berarti mengerjakan sesuatu dengan niat tulus ikhlas semata-mata mencari ridha Allah, bukan hanya keuntungan duniawi. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan niat lillah, pekerjaan yang semula terasa berat akan bernilai ibadah, bahkan meski hanya aktivitas sederhana seperti mencari nafkah untuk keluarga. Allah juga berfirman: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162).

Cara paling efektif menerapkan konsep dari lelah menjadi lillah bagi para pekerja adalah dengan meluruskan niat sejak awal. Ketika berangkat kerja, tanamkan dalam hati bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah, upaya menafkahi keluarga, dan kontribusi untuk kemaslahatan. Di tengah pekerjaan, biasakan berzikir dan menjaga hati agar tidak mudah futur. Saat rasa lelah datang, ingat kembali tujuan utama: bukan sekadar gaji, melainkan keberkahan dari Allah. Selain itu, menjaga keseimbangan hidup dengan istirahat cukup, makan sehat, serta meluangkan waktu ibadah juga akan memperkuat konsep lillah ini.

Manfaat dari mengubah lelah menjadi lillah sangat besar. Pertama, secara spiritual, seseorang akan merasa tenang karena yakin setiap tetes keringatnya bernilai pahala. Kedua, secara psikologis, bekerja tidak lagi dipandang sebagai beban, tetapi sebagai jalan menuju ridha Allah, sehingga lahir motivasi dan semangat baru. Ketiga, secara sosial, pekerja akan lebih ikhlas, sabar, dan tidak mudah putus asa karena ia meyakini semua usahanya dicatat di sisi Allah, meski tidak selalu dihargai manusia.

Dengan demikian, konsep dari lelah menjadi lillah bukan sekadar slogan, melainkan sebuah cara pandang hidup. Lelah itu pasti, namun ketika diarahkan lillah, maka lelah berubah menjadi ibadah. Pada akhirnya, pekerja yang mampu mengamalkan konsep ini akan merasakan makna bekerja yang lebih dalam: bukan hanya mencari penghidupan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai keimanan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *