www.bmtpas.com Dalam Al-Quran, terdapat beberapa ayat yang mengandung frasa “insyaallah”, salah satunya terdapat dalam kisah perintah qurban oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS. Kisah perintah penyembelihan Ismail terdapat dalam ayat berikut:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffaat ayat 102)
Nabi Ismail memberitahukan bapaknya bahwa ia siap bersabar, dan ia menyertakan kalimat “insyaallah” karena sesuatu tidaklah terjadi tanpa kehendak Allah ‘Azza wa Jalla. Ada beberapa makna “insyaallah” yang dapat kita fahami, antara lain:
- Sikap rendah hati (tawadhu): Manusia punya rencana, sedangkan Allah punya kuasa. Maka, “insyaallah” menunjukkan kerendahan hati seorang hamba dan kesadaran akan kekuasaan Allah SWT.
- Keyakinan yang kukuh: Yakin bahwasanya Allah selalu terlibat dan mempunyai andil dalam segala tindak-tanduk manusia. Kesadaran akan kehadiran Allah dapat memupuk tumbuhnya akhlakul karimah.
- Menyatukan usaha dan penyerahan diri: Ada ketidakpastian akan apa yang terjadi esok. Segala rencana yang sudah pasti dalam benak Anda, sesungguhnya mengandung sejuta ketidakpastian di dalamnya. Keyakinan dan kesadaran akan ketidakpastian ini seharusnya melahirkan motivasi dan mempersiapkan dengan sempurna hal-hal yang menjamin kesuksesan dari rencana tersebut, serta memastikan apa yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah setelah usaha maksimal yang kita lakukan.
Rasulullah menyebutnya sebagai ihsan, yaitu “Engkau menyembah Allah seakan-akan Dia melihatmu.” Kesadaran ini akan membantu kita menjaga diri dari segala bentuk pelanggaran.
Dengan demikian, penggunaan “insyaallah” dalam kehidupan sehari-hari dapat memperlihatkan sikap rendah hati, keyakinan yang kukuh, dan penyerahan diri kepada kehendak Allah setelah melakukan usaha maksimal.
