Memahami Flu Singapura: Penyakit Anak yang Sering Disangka Flu Biasa

www.bmtpas.com Dalam beberapa tahun terakhir, istilah flu Singapura semakin sering terdengar, terutama ketika banyak anak mengalami demam disertai ruam di tangan dan kaki. Nama ini memang cukup populer, tetapi sebenarnya tidak terlalu tepat. Flu Singapura bukanlah “flu” seperti influenza pada umumnya. Secara medis, penyakit ini disebut Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit tangan-kaki-mulut. HFMD disebabkan oleh virus dari kelompok enterovirus, terutama Coxsackievirus. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak, namun orang dewasa pun bisa terinfeksi.

Meskipun terdengar mengkhawatirkan, flu Singapura tidak berada pada level pandemi global seperti COVID-19. Penyakit ini jauh lebih ringan dan umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7–10 hari. Hanya saja, karena penyebarannya cukup cepat, HFMD mudah menular di lingkungan sekolah, tempat bermain, atau daycare.

Seperti Apa Gejalanya?

Gejala flu Singapura sangat khas sehingga biasanya mudah dikenali. Anak akan mulai mengalami demam, disertai sakit tenggorokan, hilangnya nafsu makan, dan rasa tidak nyaman. Setelah 1–2 hari, muncul bintil atau lepuh kecil di dalam mulut—di lidah, gusi, atau dinding pipi. Bintil inilah yang membuat anak sering menangis saat makan atau minum karena terasa perih.

Selain itu, pada telapak tangan, telapak kaki, atau bokong dapat timbul ruam merah yang kadang berisi cairan. Ruam ini biasanya tidak gatal tetapi cukup mengganggu. Anak bisa menjadi lemas, rewel, dan sulit tidur.

Meski begitu, mayoritas kasus HFMD akan membaik tanpa komplikasi. Hanya pada kasus tertentu—terutama bila disebabkan oleh Enterovirus 71—bisa muncul gejala serius seperti demam sangat tinggi, muntah hebat, kejang, atau tanda dehidrasi berat. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera.

Apakah Sudah Ada Kasus di Indonesia?

Jawabannya: sudah dan cukup banyak. Kasus flu Singapura terus ditemukan setiap tahun di Indonesia. Pada berbagai periode, lonjakan terjadi terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa, karena tingginya interaksi anak di sekolah maupun tempat penitipan. Meskipun demikian, penyebarannya masih tergolong bisa dikendalikan dan tidak pernah mencapai tingkat kedaruratan nasional seperti COVID-19.

Bagaimana Cara Menanganinya?

Karena penyebabnya adalah virus, tidak ada obat khusus yang dapat membunuh virus HFMD. Penanganannya fokus pada meringankan gejala dan menjaga kondisi anak tetap stabil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Istirahat cukup dan tetap di rumah selama masa sakit.

  2. Banyak minum, terutama air putih atau minuman dingin untuk mengurangi nyeri mulut.

  3. Obat penurun demam seperti parasetamol dapat digunakan sesuai dosis.

  4. Jaga kebersihan, seperti mencuci tangan menggunakan sabun, membersihkan mainan, dan tidak berbagi alat makan.

  5. Amati gejala berat seperti demam tinggi tak turun, muntah terus-menerus, anak tidak mau minum, kejang, atau tampak sangat lemas. Segera bawa ke fasilitas kesehatan bila muncul tanda-tanda tersebut.

Penutup

Flu Singapura bukanlah penyakit yang berbahaya dalam sebagian besar kasus, namun tetap memerlukan kewaspadaan. Dengan mengenali gejalanya dan menjaga kebersihan lingkungan anak, kita dapat mengurangi risiko penularan. Yang terpenting, tetap tenang, amati kondisi anak dengan cermat, dan segera cari pertolongan medis bila terdapat tanda bahaya. Edukasi dan pencegahan merupakan kunci agar penyakit ini tidak menjadi masalah besar di masyarakat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *