Syukur Nikmat: Definisi, Cara, dan Manfaatnya

www.bmtpas.com Secara bahasa, “syukur” berasal dari kata bahasa Arab “شَكَرَ” (syakara) yang berarti membuka, jadi lawan dari “kafara” (كَفَرَ) yang berarti menutup. Seorang yang bersyukur membuka hatinya untuk mengakui nikmat, dan membuka lisannya untuk memuji, serta menggunakan anggota badannya untuk taat kepada Pemberi Nikmat.

Secara istilah, syukur nikmat adalah mengakui, menghargai, dan membalas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dengan cara yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Secara lebih mendalam, syukur dapat dipahami sebagai:

  1. Pengakuan Hati (Syukur bil Qalb): Meyakini dan mengakui dengan sepenuh hati bahwa segala nikmat yang diterima, baik besar maupun kecil, datangnya hanya dari Allah SWT semata.

  2. Ucapan Lisan (Syukur bil Lisan): Memuji dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah), serta mengakui nikmat-Nya secara verbal.

  3. Perbuatan Anggota Badan (Syukur bil Jawarih): Menggunakan seluruh nikmat yang diberikan (seperti kesehatan, kekayaan, ilmu, dan waktu) untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah SWT. Inilah esensi sebenarnya dari syukur.

Nikmat itu sendiri tidak terbatas pada hal-hal yang sifatnya materi (seperti harta, rumah, atau mobil), tetapi juga mencakup nikmat non-materi seperti kesehatan, keselamatan, iman, Islam, keluarga, waktu, dan bahkan nikmat yang tersembunyi seperti dihindarkannya kita dari musibah.

Bersyukur bukan hanya sekadar ucapan di mulut, tetapi merupakan sebuah tindakan yang komprehensif. Berikut adalah cara melaksanakannya:

1. Syukur dengan Hati (Keyakinan):

  • Mengakui dan Menyadari: Selalu menyadari bahwa setiap tarikan napas, detak jantung, dan segala kebaikan adalah pemberian Allah.

  • Tawakal dan Ridha: Menerima segala ketetapan (qadha dan qadar) Allah, baik yang disukai maupun yang tidak disukai, dengan keyakinan bahwa di baliknya ada hikmah.

  • Selalu Mengingat Allah (Zikir): Menjaga hati agar selalu terpaut kepada Allah dalam setiap kondisi.

2. Syukur dengan Lisan (Ucapan):

  • Mengucapkan “Alhamdulillah”: Membiasakan diri mengucapkan kalimat tahmid (pujian) ini dalam segala situasi.

  • Bersyukur Setelah Makan dan Minum: Mengucapkan “Alhamdulillah” setelah selesai makan dan minum.

  • Menceritakan Nikmat Allah: Menceritakan nikmat yang diterima kepada orang lain sebagai bentuk syukur, bukan untuk sombong. Sebagaimana firman Allah: “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Adh-Dhuha: 11).

  • Berdoa dengan Memuji Allah: Sebelum meminta dalam doa, mulailah dengan memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.

3. Syukur dengan Perbuatan (Tindakan):

  • Menggunakan Nikmat untuk Taat: Menggunakan mata untuk melihat hal yang halal dan membaca ayat-ayat Allah, menggunakan telinga untuk mendengar nasihat baik, menggunakan harta untuk berinfaq di jalan Allah, menggunakan ilmu untuk mengajarkan kebaikan, dan seterusnya.

  • Mendirikan Shalat: Shalat adalah wujud syukur yang paling utama, karena di dalamnya terdapat pujian, doa, dan ketundukan kepada Allah.

  • Bersedekah: Mengeluarkan sebagian rezeki yang diterima untuk membantu sesama adalah bentuk syukur yang nyata atas nikmat harta.

  • Menjauhi Maksiat: Tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk melakukan kemaksiatan. Misalnya, tidak menggunakan kaki untuk menuju tempat maksiat, atau tidak menggunakan harta untuk hal yang haram.

  • Bersyukur dengan Melibatkan Orang Lain: Seperti mengadakan walimah (selamatan) sebagai rasa syukur, memberi makan orang lain, dan berbuat baik kepada sesama.

Manfaat Bersyukur atas Nikmat

Allah telah menjanjikan berbagai keutamaan dan manfaat bagi hamba-Nya yang pandai bersyukur, baik di dunia maupun di akhirat.

1. Manfaat di Dunia:

  • Mendapatkan Tambahan Nikmat: Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'” (QS. Ibrahim: 7). Nikmat yang ditambahkan bisa berupa rezeki, ketenangan hati, atau kesehatan.

  • Hati Menjadi Tenang dan Lapang: Syukur melatih kita untuk fokus pada apa yang kita miliki, bukan pada apa yang tidak kita miliki. Ini menghindarkan dari rasa iri, dengki, dan frustasi, sehingga hati menjadi lebih tenang dan bahagia.

  • Dilindungi dari Azab: Syukur adalah sebab dijauhkannya seseorang dari azab Allah, karena azab diturunkan kepada orang-orang yang kufur (ingkar) nikmat.

  • Dicintai oleh Allah: Allah menyukai hamba-Nya yang bersyukur. “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13). Menjadi hamba yang dicintai oleh Pencipta adalah manfaat terbesar.

  • Hidup Menjadi Bermakna: Dengan bersyukur, seseorang akan melihat setiap peristiwa sebagai pelajaran dan anugerah, sehingga hidupnya penuh dengan makna dan optimisme.

2. Manfaat di Akhirat:

  • Mendapat Balasan Surga: Allah berjanji akan membalas orang-orang yang bersyukur dengan pahala yang besar dan surga. “Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran: 144).

  • Selamat dari Hisab yang Sulit: Amal syukur akan menjadi saksi di hari Kiamat dan memudahkan hisab (perhitungan amal).

  • Mendapat Keridhaan Allah: Tujuan akhir seorang muslim adalah mendapatkan keridhaan Allah, dan syukur adalah salah satu jalan untuk meraihnya.

Kesimpulan

Syukur nikmat adalah sebuah sistem kehidupan yang utuh yang melibatkan keyakinan hati, ucapan lisan, dan perbuatan nyata. Ia adalah kunci meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan bersyukur, kita tidak hanya mengakui kebaikan Allah, tetapi juga mengaktifkan “siklus kebaikan” di mana nikmat akan terus bertambah dan berkah.

Orang yang bersyukur adalah orang yang pandai “berinvestasi” untuk akhiratnya dengan menggunakan nikmat dunia yang fana ini. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *