www.bmtpas.com Perjuangan perempuan Indonesia telah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan. Dalam berbagai fase sejarah, perempuan hadir sebagai pejuang, pendidik, pemikir, dan penggerak perubahan sosial. Tokoh-tokoh seperti R.A. Kartini memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, sementara Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia memimpin perlawanan fisik terhadap penjajahan. Perjuangan ini menunjukkan bahwa perempuan Indonesia memiliki keberanian, kecerdasan, dan daya juang yang setara dalam membela martabat bangsa. Kesadaran akan pentingnya peran perempuan inilah yang kemudian melahirkan gerakan perempuan secara terorganisir.
Sejarah Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu
Tonggak sejarah penting bagi gerakan perempuan Indonesia terjadi pada Kongres Perempuan Indonesia I yang dilaksanakan pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini menjadi wadah persatuan berbagai organisasi perempuan dari seluruh Nusantara untuk membahas isu pendidikan, perkawinan, kesehatan, dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa. Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, pemerintah menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Makna Hari Ibu di Indonesia tidak terbatas pada peran domestik, tetapi sebagai simbol perjuangan, kesadaran sosial, dan kontribusi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Makna Tema Hari Ibu 2025
Tema “Perempuan Berdaya dan Berkarya, Menuju Indonesia Emas 2045” menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia di masa depan sangat bergantung pada kualitas dan partisipasi perempuan hari ini. Indonesia Emas 2045 menuntut sumber daya manusia unggul, dan perempuan merupakan setengah dari potensi bangsa yang tidak boleh terabaikan. Pemberdayaan perempuan berarti membuka ruang seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkembang dan berkontribusi secara optimal.
Kriteria Umum Perempuan Berdaya dan Berkarya
Secara umum, perempuan berdaya dan berkarya dapat dilihat dari beberapa indikator utama. Pertama, memiliki akses pendidikan dan kesehatan yang memadai. Kedua, memiliki kemandirian ekonomi atau peran produktif, baik di sektor formal maupun informal. Ketiga, mampu mengambil keputusan dan memiliki suara dalam keluarga serta masyarakat. Keempat, mampu menghasilkan karya, gagasan, atau kontribusi nyata yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Pemberdayaan ini mencakup peran di ruang publik maupun domestik secara seimbang dan bermartabat.
Gambaran Kondisi Perempuan Indonesia Saat Ini
Secara umum, keterlibatan perempuan Indonesia dalam pendidikan dan dunia kerja menunjukkan tren peningkatan. Namun, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih berada sekitar setengah dari jumlah perempuan usia produktif, dan keterwakilan perempuan di posisi strategis masih relatif rendah. Data ini menunjukkan bahwa meskipun banyak perempuan telah berdaya dan berkarya, masih terdapat proporsi besar perempuan yang menghadapi keterbatasan akses, kesempatan, dan dukungan.
Peran Berbagai Pihak dalam Pemberdayaan Perempuan
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan peran bersama dari berbagai pihak. Pemerintah berperan melalui kebijakan yang adil dan berpihak pada perempuan. Dunia pendidikan menanamkan nilai kesetaraan dan kepercayaan diri sejak dini. Masyarakat menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif, sementara keluarga menjadi fondasi utama yang mendukung tumbuhnya perempuan yang percaya diri dan mandiri.
Hari Ibu 22 Desember 2025 menjadi momentum refleksi dan aksi nyata. Dengan memperkuat peran perempuan yang berdaya dan berkarya hari ini, Indonesia sedang menyiapkan generasi unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045—bangsa yang maju, berkeadilan, dan berperadaban.