Eskalasi Konflik Gaza Melibatkan Israel dan Iran

www.bmtpas.com Konflik di Gaza kembali memanas setelah Israel melakukan eskalasi militer, termasuk menduduki sebagian Koridor Nitsarim. Situasi ini memperburuk ketegangan di wilayah tersebut, terutama di tengah konflik internal Israel yang hampir mendekati perang sipil. Serangan Israel sebelumnya telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk 430 syahid, mayoritas perempuan dan anak-anak. Meski Brigade Golani dikerahkan kembali ke Gaza, pasukan ini sebelumnya dikenal bermasalah di medan tersebut.

Hamas mengecam keras agresi Israel dan mendesak mediator internasional untuk menekan Israel mematuhi perjanjian yang ada. Pemimpin senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyatakan kesiapan menghadapi serangan dengan segala cara, termasuk memperkuat pertahanan selama gencatan senjata. Sementara itu, Israel menghadapi masalah internal serius, seperti penolakan wajib militer oleh lebih dari 50% tentara cadangan dan kesulitan merekrut tentara baru, terutama dari komunitas Yahudi Ortodoks. Kepala Staf IDF bahkan memecat dua perwira tinggi karena menolak kembali ke Gaza.

Protes besar-besaran terjadi di Israel, terutama di Tel Aviv dan Yerusalem, menuntut Netanyahu melanjutkan gencatan senjata untuk pembebasan tawanan. Demonstrasi ini didukung oleh tokoh keamanan senior, termasuk mantan kepala Mossad. Netanyahu berusaha memperkuat kekuasaannya dengan mengubah komite pemilihan hakim, langkah yang dikritik sebagai upaya diktatorial.

Israel juga membuka front konflik di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Suriah, dan Yaman, serta berhadapan tidak langsung dengan Iran. AS, melalui Donald Trump, memperingatkan Houthi di Yaman dan mendesak Iran menghentikan dukungan. Namun, Houthi tetap melancarkan serangan, bahkan berhasil mendaratkan rudal hipersonik ke Israel. Netanyahu berusaha melibatkan AS dalam konflik dengan Iran, mirip dengan keterlibatan AS di Irak.

Eskalasi ini meningkatkan kekhawatiran akan perang lebih luas, terutama antara AS dan Iran. Netanyahu menginginkan konfrontasi langsung, sementara Trump mulai mempertimbangkan perang terbuka. AS juga dilaporkan meminta bantuan Rusia untuk menekan Iran. Dengan kapabilitas militer yang kuat, Iran siap menghadapi Israel jika konflik pecah.

Netanyahu tampaknya menggunakan eskalasi di Gaza untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal dan kasus hukumnya. Sementara itu, perlawanan Palestina semakin kuat. Tanpa intervensi mediator internasional, konflik ini berpotensi meluas, mengancam stabilitas kawasan dan global.

 
 
 
 
 
 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *