Kamis, 28 Agustus 2025, publik dikejutkan oleh peristiwa tragis seorang pengemudi ojek online yang meninggal dunia setelah tertabrak kendaraan taktis Brimob di Jakarta. Peristiwa itu menyisakan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat luas. Kematian yang datang secara tiba-tiba, tanpa diduga, menjadi pengingat keras bahwa hidup manusia sungguh rapuh dan setiap jiwa pasti akan menemui ajalnya. Dari peristiwa ini, kita diajak untuk kembali merenungkan: apa sebenarnya hakikat kematian dalam pandangan Islam?
Kematian dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan pintu gerbang menuju kehidupan abadi di akhirat. Allah SWT berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia memperoleh kemenangan.” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah kepastian yang tak seorang pun bisa menghindarinya. Ia bukan sekadar berhentinya nafas dan jasad menjadi kaku, tetapi sebuah perjalanan menuju kehidupan yang lebih hakiki.
Kematian juga menjadi misteri besar. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan, di mana, dan dalam kondisi bagaimana ia akan menghadapinya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman [31]: 34).
Dari ayat ini jelas bahwa ajal adalah rahasia Allah SWT. Tidak ada teknologi, ilmu pengetahuan, atau ramalan yang bisa menyingkapnya.
Dalil Hadis tentang Kematian
Rasulullah SAW pun sering mengingatkan umatnya tentang kepastian kematian. Dalam sebuah hadis sahih beliau bersabda:
“Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan (yakni kematian).” (HR. Tirmidzi, an-Nasa’i).
Hadis ini menunjukkan pentingnya dzikrul maut—sering mengingat kematian—agar manusia tidak terlena dengan dunia yang fana. Kematian adalah pemutus segala keinginan duniawi; ia menyadarkan bahwa semua harta, jabatan, dan kesenangan dunia akan ditinggalkan.
Hikmah di Balik Perintah Dzikrul Maut
Mengapa Islam menekankan agar kita memperbanyak mengingat kematian? Ada beberapa hikmah besar di balik perintah ini:
-
Menumbuhkan kesadaran akan kefanaan dunia
Manusia sering lalai dan tenggelam dalam ambisi. Mengingat kematian membuat kita sadar bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. -
Mendorong taubat dan amal shalih
Orang yang sadar kematian tidak akan menunda taubat. Ia akan segera memperbaiki diri, memperbanyak amal shalih, dan menjauhi dosa. -
Melembutkan hati
Zikrul maut menjadikan hati lembut, rendah hati, dan penuh empati terhadap sesama. Karena manusia sadar bahwa semua memiliki nasib yang sama: kembali kepada Allah. -
Menghadirkan rasa sabar dan syukur
Saat menghadapi musibah, mengingat kematian menumbuhkan kesabaran. Sementara saat mendapat nikmat, ia memunculkan rasa syukur karena sadar bahwa semua itu hanya titipan yang sementara. -
Menyiapkan bekal akhirat
Hidup di dunia adalah ladang untuk menanam amal. Dengan mengingat kematian, manusia lebih disiplin menyiapkan bekal terbaik untuk perjalanan panjang di akhirat.
Kesimpulan
Kematian adalah keniscayaan yang akan dialami setiap manusia. Tidak ada seorang pun yang mampu lari darinya, karena ajal adalah bagian dari takdir Allah yang dirahasiakan. Islam mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju kehidupan abadi. Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk sering mengingatnya, agar tidak lalai dan terlena dengan dunia.
Peristiwa tragis yang menimpa pengemudi ojek online baru-baru ini seharusnya menjadi cermin bagi kita semua. Betapa cepatnya ajal bisa menjemput, bahkan di saat kita sedang sibuk dengan aktivitas sehari-hari. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengingat kematian, sehingga mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran, memperbanyak amal shalih, dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah SWT.
Ringkasan Kronologis (Dari berbagai sumber online)
Waktu & Lokasi | Kejadian |
---|---|
Pagi hingga Siang | Demo buruh di DPR/MPR dibubarkan lalu dilanjutkan dengan demo mahasiswa. |
Malam (19.40–20.30) | Situasi kericuhan di Pejompongan; Affan tengah antar pesanan. |
Saat Peristiwa | Affan jatuh saat menyeberang; tertabrak & terlindas oleh rantis Brimob. |
Setelah Insiden | Dibawa ke RSCM, wafat; massa mengejar rantis ke Mako Brimob Kwitang. |
Tindakan Polisi | Kapolri & Kapolda datang ke RSCM; Propam amankan 7 anggota Brimob. |