www.bmtpas.com Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan, yang seringkali mampu memancing emosi kita, terutama rasa marah. Dalam hadits yang mulia, Nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk bijak, “Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan karena mengharap ridha Allah ta’ala.” Dalam konteks ini, menahan rasa marah bukanlah sekadar kendali diri semata, tetapi juga sebuah amalan yang diharapkan mendatangkan berbagai manfaat bagi kehidupan kita.
Pertama, menahan kemarahan membantu memperkuat hubungan sosial. Rasa marah yang meluap-luap dapat merusak ikatan antarindividu, membuat suasana menjadi tegang, dan memperburuk hubungan personal. Dengan menahan diri, kita dapat memelihara keharmonisan dalam interaksi sosial.
Kedua, menahan kemarahan adalah kunci kebijaksanaan. Keberanian untuk mengendalikan emosi menandai kedewasaan dan ketenangan batin. Dengan menahan marah, seseorang dapat menilai situasi secara objektif, membuat keputusan yang lebih tepat, dan mencegah penyesalan di kemudian hari.
Ketiga, menahan rasa marah memberikan perlindungan terhadap diri sendiri. Emosi yang tidak terkendali dapat menyebabkan tindakan impulsif dan merugikan diri sendiri. Ketika kita mampu menahan kemarahan, kita melindungi diri dari tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Keempat, menahan kemarahan berkontribusi pada kesehatan mental. Rasa marah yang terus-menerus dapat menjadi sumber stres yang berdampak negatif pada kesehatan mental. Dengan mengelola emosi dengan bijak, kita dapat menciptakan suasana mental yang lebih positif dan sehat.
Kelima, menahan rasa marah menciptakan lingkungan yang lebih positif di sekitar kita. Energi positif yang kita pancarkan akan menular kepada orang di sekitar, menciptakan atmosfer yang lebih damai dan penuh kasih sayang.
Keenam, menahan kemarahan adalah bentuk ibadah. Dengan mengendalikan diri dalam situasi sulit, kita menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah. Menahan marah karena mencari ridha Allah menjadi suatu bentuk amal yang bernilai ibadah.
Ketujuh, menahan rasa marah mendukung perkembangan spiritual. Dalam perjalanan menuju kesempurnaan diri, pengendalian diri, termasuk dalam mengelola emosi, menjadi langkah penting menuju kedekatan dengan Allah.
Kedelapan, menahan kemarahan menghasilkan kedamaian batin. Ketika hati terhindar dari amarah yang berlebihan, kita dapat merasakan kedamaian batin yang memancar dari rasa ridha Allah. Kedamaian ini menjadi sumber kebahagiaan yang sejati.
Namun, akibat dari ketidakmampuan menahan rasa marah dapat menciptakan konflik, merusak hubungan sosial, menyebabkan kerugian materi, dan menimbulkan rasa penyesalan. Oleh karena itu, hadits ini mengajarkan bahwa menahan kemarahan adalah kunci keberhasilan hidup, membawa manfaat yang melimpah dan menghindarkan kita dari akibat yang merugikan. Semoga kita mampu mengambil hikmah dari petunjuk Nabi SAW dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih utama di sisi Allah selain menahan kemarahan
karena mengharap ridha Allah ta’ala”.