www.bmtpas.com Melihat dari desain rumit alam semesta dan beragamnya bentuk kehidupan, menjadi jelas bahwa Allah, Sang Pencipta, telah menganyam dengan eksitensi keberadaan kita. Di setiap lipatan Bumi, dari makhluk merayap hingga yang berjalan dengan dua kaki, masing-masing diberikan rezeki yang ditentukan oleh-Nya. Al-Quran menegaskan bahwa setiap makhluk hidup, entah merayap atau berjalan, dijamin mendapatkan bagian rezekinya. Allah, dalam kebijaksanaan-Nya, telah menganugerahkan setiap makhluk dengan naluri dan kemampuan untuk mencari rezeki, selaras dengan tatanan bawaan penciptaan.
Konsep rezeki melampaui ranah fisik, meluas ke ranah metafisika. Wahyu Al-Quran menekankan bahwa pengetahuan Allah meliputi tidak hanya tempat tinggal makhluk hidup selama keberadaan mereka di dunia, tetapi juga tempat penyimpanan jiwa mereka setelah mati. Pengetahuan ilahi ini dicatat dengan seksama dalam “Lauh Mahfudh,” Tablet Terpelihara, yang merinci rencana dan pelaksanaan menyeluruh penciptaan Allah.
Manifestasi mendalam dari kekuasaan Allah terletak dalam penciptaan langit dan bumi dalam enam zaman yang berbeda. Presisi dan ketertiban dari proses ini menegaskan kerajinan yang cermat dari Sang Pencipta. Sebelum usaha kosmik ini, Allah menetapkan ‘Arsh (Takhta) sebagai tempat Ilahi-Nya, terletak di atas air.
Orkestrasi rumit ini memiliki tujuan di luar sekadar tindakan penciptaan semata. Ini adalah ujian ilahi untuk membedakan mereka yang, dalam perjalanan hidup mereka di dunia, terlibat dalam perbuatan baik, bekerja dengan jujur, tulus, dan berusaha untuk kebaikan umat manusia. Al-Quran menegaskan bahwa mereka yang melakukan perbuatan baik akan menuai imbalan dari tindakan mereka, sementara mereka yang berbuat jahat akan menghadapi konsekuensinya.
Naratif Al-Quran, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, memperingatkan penduduk Makkah tentang Hari Kiamat di mana setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawabannya atas perbuatannya. Sebagai respons, orang-orang kafir mungkin mengabaikan peringatan ini sebagai sihir semata, upaya untuk menipu dan menakuti-nakuti. Namun, esensi pesan ini jelas – panggilan untuk introspeksi, perilaku moral, dan pengakuan terhadap tujuan yang lebih tinggi.
Secara esensial, ayat-ayat dari Surah Hud mencakup pemahaman mendalam tentang hubungan rumit antara Sang Pencipta, ciptaan-Nya, dan tujuan di balik desain kosmis. Ini berfungsi sebagai pengingat tentang tanggung jawab, kebijaksanaan ilahi, dan keseimbangan abadi antara perbuatan dan konsekuensinya dalam eksitensi keberadaan kita