Berbakti kepada Orang Tua yang Telah Meninggal: Wujud Cinta yang Tak Terputus

www.bmtpas.com Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal terbesar dalam Islam. Bahkan setelah mereka meninggal dunia, kewajiban dan cinta seorang anak tidaklah berakhir. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa bentuk bakti sejati bukan hanya saat orang tua masih hidup, melainkan juga setelah kepergian mereka. Sebab, hubungan seorang anak dengan orang tuanya tidak terputus oleh kematian, melainkan terjalin melalui doa, amal saleh, dan istighfar yang terus mengalir.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:

“Sungguh Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga. Ia pun bertanya: ‘Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?’ Allah menjawab: ‘Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.’”
Hadits ini mengandung makna mendalam: amalan anak saleh, khususnya doa dan istighfarnya untuk kedua orang tuanya, dapat menjadi sebab diangkatnya derajat mereka di sisi Allah. Bahkan setelah wafat, pahala itu tetap mengalir tanpa putus.

Makna hadits tersebut menunjukkan betapa besarnya nilai doa dan istighfar seorang anak. Ketika seseorang memohonkan ampunan bagi ayah dan ibunya, sesungguhnya ia tengah menghadiahkan cahaya bagi ruh mereka di alam barzakh. Allah Yang Maha Pengasih menjadikan ampunan anaknya sebagai sebab ditinggikannya kedudukan orang tua di surga. Ini adalah bukti kasih sayang Allah terhadap keluarga yang saling mendoakan dalam kebaikan.

Adapun bentuk bakti yang bisa dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya setelah meninggal dunia sangatlah banyak. Yang paling utama adalah mendoakan dan memohonkan ampunan bagi mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Maka, doa anak saleh menjadi investasi akhirat yang abadi bagi orang tuanya. Selain doa dan istighfar, anak juga dapat menunaikan janji-janji orang tua yang belum terlaksana, menyambung silaturahmi dengan sahabat-sahabat mereka, bersedekah atas nama mereka, dan melanjutkan amal kebaikan yang dahulu mereka lakukan. Setiap amal yang diniatkan untuk mereka, selama sesuai syariat, akan menjadi tambahan pahala bagi keduanya.

Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan doa yang dapat dibaca untuk kedua orang tua, sebagaimana dalam Al-Qur’an:

رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Rabbirhamhuma kama rabbayani shaghira.”
“Ya Tuhanku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24).

Adapun bentuk istighfar yang bisa diamalkan misalnya:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Allahummaghfir li wa liwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.”
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta rahmatilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu kecil.”

Dengan doa dan istighfar yang tulus, seorang anak bukan hanya mengirimkan pahala bagi kedua orang tuanya, tetapi juga menumbuhkan kelembutan hati dan rasa syukur dalam dirinya. Ia menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah sampai pada titik ini tanpa pengorbanan orang tuanya. Maka, berbakti setelah kematian mereka adalah bentuk cinta sejati yang tak lekang oleh waktu.

Akhirnya, seorang anak yang terus berdoa, beristighfar, dan beramal atas nama orang tuanya sesungguhnya sedang merajut jembatan kasih antara dunia dan akhirat. Itulah bakti yang hakiki — cinta yang tidak padam oleh kematian, tetapi justru semakin hidup di sisi Allah Yang Maha Pengasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *